Kamis, 10 September 2015

askep mobilisasi



Askep mobilisasi
A.  Pengkajian
1.    Usia
Faktor usia berpengaruh terhadap kemampuan melakukan aktifitas, terkait dengan kekuatan muskuloskeletal. Hal yang perlu dikaji diantaranya adalah postur tubuh yang sesuai dengan tahap pekembangan individu.
2.    Riwayat keperawatan
Hal yang perlu dikaji diantaranya adalah riwayat adanya gangguan pada sistem muskuloskeletal, ketergantungan terhadap orang lain dalam melakukan aktivitas, jenis latihan atau olahraga yang sering dilakukan klien dan lain-lain.
3.    Pemeriksaan fisik
a.    Pemeriksaan kekuatan otot
Pemeriksaan kekuatan otot dapat dilakukan dengan menggunakan pengujian otot secara manual (manual muscle testing MMT). Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui kemampuan mengontraksikan kelompok otot secara volunter.
Prosedur pelaksanaan MMT:
Ø Lansia diposisikan sedemikan rupa sehingga otot mudah berkontraksi sesuai dengan kekuatannya.
Ø Bagian tubuh yang dites harus terbebas dari pakaian.
Ø Berikan penjelasan dan contoh gerakan yang harus dilakukan.
Ø Lansia mengkontraksikan ototnya dan stabilisasi diberikan pada segmen proksimal.
Ø Selama terjadi kontraksi, gerakan yang terjadi diobservasi, baik palpasi pada tendon atau perut otot.
Ø Memberikan tahanan pada otot yang bergerak dengan luas gerak sendi penuh.
Ø Melakukan pencatatan hasil MMT.
 Kriteria hasil pemeriksaan MMT:
Normal (5): mampu bergerak dengan luas gerak sendi penuh, melawan gravitasi dan melawan tahan maksimal.
Good (4): mampu bergerak dengan luas gerak sendi penuh melawan gravitasi dan melawan tahanan sedang (moderat).
Fair (3): mampu bergerak dengan luas gerak sendi penuh dan melawan gravitasi tanpa tahanan.
Poor (2): mampu bergerak dengan luas gerak sendi penuh tanpa melawan gravitasi.
Trace (1): tidak ada gerakan sendi, tetapi kontraksi otot dapat dipalpasi.
Zero (0): kontraksi otot tidak terdeteksi dengan palpasi.
b.    Pemeriksaan tonus otot
Tonus otot adalah ketegangan minimal suatu otot dalam keadaan istirahat. Dapat diperiksa dengan beberapa cara yaitu dengan palpasi, gerakan pasien dan vibrasi.
c.    Pemeriksaan luas gerak sendi
Luas gerak sendi (LGS) merupakan luas gerak sendi yang dapat dilakukan oleh suatu sendi. Tujuan pemeriksaan LGS adalah untuk mengetahui besarnya LGS suatu sendi dan membandingkannya dengan LGS sendi yang normal, membantu diagnosis dan menentukan fungsi sendi.
d.   Pengukuran LGS menggunakan Goniometer:
a)        Posisi awal posisi anatomi, yaitu tubuh tegak, lengan lurus di samping tubuh, lengan bawah dan tangan menghadap bawah.
b)        Sendi yang di ukur harus terbuka.
c)        Berikan penjelasan dan contoh gerakan.
d)       Berikan gerakan pasif  2 atau 3 kali.
e)        Berikan stabilisasi pada segmen bagian proksimal.
f)         Tentukan aksis gerakan baik secara aktif/pasif.
g)        Letakkan tangkai goniometer yang statik paralel dengan aksis longitudinal.
h)        Pastikan aksis goniometer tepat pada aksis gerakan sendi.
i)          Baca dan catat hasil pemeriksaan LGS.
e.    Pemeriksaan postur
Pemeriksaan postur di lakukan dengan cara inspeksi pada posisi berdiri. Pada posisi tersebut postur yang baik/normal dapat terlihat dengan jelas. Dari samping, tampak telinga, akromium, trunk, trokanter mayor, patela bagian posterior dan maleolus lateralis ada dalam satu garis lurus.



4.    Diagnosa : Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan persepsi sensori
5.    Intervensi
diagnosa
Tujuan dan Kriteria hasil
Intervensi
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan persepsi sensori
NOC:
kriteria hasil
a.       Klien Mampu mandiri total
b.      Klien tidak Membutuhkan alat bantu
c.       Klien tidak Membutuhkan bantuan orang lain dan alat

NIC:
a.       Ajarkan dan berikan dorongan pada klien untuk melakukan program latihan secara rutin
b.      Ajarkan teknik ambulasi dan perpindahan yang aman kepada klien dan keluarga
c.       Ajarkan pada klien dan keluarga tentang cara pemakaian kursi roda dan cara berpindah dari kursi roda ke tempat tidur atau sebaliknya
6.      Implementasi
Diagnosa
Implementasi
Paraf
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan persepsi sensori
d.      Mengajarkan dan memberikan dorongan pada klien untuk melakukan program latihan secara rutin
e.       mengajarkan teknik ambulasi dan perpindahan yang aman kepada klien dan keluarga
a.       mengajarkan pada klien dan keluarga tentang cara pemakaian kursi roda dan cara berpindah dari kursi roda ke tempat tidur atau sebaliknya


Asmadi. 2008. Konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta : Salemba Medika.
Wilkinson, Judith M. 2007. Buku saku diagnosa keperawatan dengan intervensi NIC dan kriteria hasil NOC. Jakarta : EGC.
Kushariyadi. 2010. Askep pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Salemba Medika



Tidak ada komentar:

Posting Komentar