Kamis, 10 September 2015

asuhan keperawatan ARDS



BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sesuatu yang sangat mengagungkan keangungan Tuhan Yang maha Esa yang telah menciptakan sistem organ yang memungkinkan makhluk hidup menjalankan fungsinya, salah satunya pada sistem pernapasan. Fungsi pernapasan akan bekerja sama dengan sistem transportasi agar proses metabolisme pada tubuh dapat berjalan dengan baik. Sistem respirasi atau pernapasan merupakan salah satu study terhadap struktur dan fungsi tubuh manusia. Sistem respirasi atau sistem pernapasan terdapat pada manuasia dan hewan (seperti; insekta, ikan, amfibi dan burung).Sedangkan sistem pernapasan pada manusia terjadi melalui saluran penghantar udara yaitu alat-alat pernapasan yang terdapat dalam tubuh, dimana masing-masing alat pernapasan tersebut memiliki fungsi yang berbeda-beda.
Sistem respirasi berfungsi sebagai pertukan gas.Gas yang masuk merupakan gas oksigen dan yang dikeluarkan adalah karbon dioksida.Sistem respirasi membantu juga dalam merubah darah yang awalnya bersifat karbon dioksida menjadi oksigen.Berbagai macam penyakit menyerang sistem respirasi.Khususnya pada anak-anak salah satunya adalah penyakit parotitis epidemika.Penyakit ini merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus. Penyakit ini sering menyerang pada usia anak-anak. Untuk lebih lanjutnya maka akan di bahas pada makalah yang di buat kelompok.
1.2  Tujuan
1.2.1                    Untuk mengetahui mengenai penyakit parotitis epidemika.
1.2.2                    Untuk mengetahui auhan keperawatan penyakit parotitis epidemika.


1.3  Implikasi Keperawatan
1.3.1 Implikasikan prosedur isolasi, tindakan kewaspadaan  pernafasan , dan tirah baring.
1.3.2. Beri analgesic dan cairan, beri cairan intravena jika di indikasikan dan bila anak menolak untuk minum.
1.3.3. Tingkatkan rasa hangat dan terapi penunjang untuk orkitis ( radang dalam testis ).
1.3.4. Matikan lampu jika anak mengalami fotopobia.





















BAB 2. TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian
Parotitis Epidemika merupakan penyakit virus akut yang menyerang kelenjar ludah, terutama kelenjar parotis (sekitar 60%). Namun tidak menutup kemungkinan penyakit parotitis epidemika menyerang kelenjar ludah yang lain seperti kelenjar submaksilaris dan kelenjar submandibularis. Parotitis epidemika ialah infeksi akut yang disebabkan dengan tanda khas berupa pembengkakan dari kelenjar air liur yang disertai nyeri, yang kadang-kadang dapat mengenai kelenjar gonad, meningen, ankreas dan organ lainnya.Parotitis epidemika juga merupakan penyakit menular dengan gejala yang khas yaitu pembesaran pada bagian kelenjar ludah terutama kelanjar parotis.

2.2.Epidemiologi
Penyakit parotis epidemika tersebar di seluruh dunia dan dapat timbul secara endemik atau epidemik.Virus ini juga tersebar dari reservoir manusia secara kontak langsung misalnya melalui percikan ludah (air droplet) yang berasal dari bersin atau bersentuhan langsung dengan benda-benda yang terkontaminasi oleh ludah penderita, dan juga urin. Virus ini juga bisa tertular pada kondisi yang memiliki populasi padat, contoh pada sekolah ataupun pada asrama. Virus ini tersebar keseluruh dunia dan mengenai laki-laki dan perempuan secara merata.85% infeksi ini terjadi pada anak-anak yang lebih dari umur 15 tahun sebelum dilakukan imunisasi. Pada anak usia 6-8 bulan tidak dapat terjangkit penyakit ini, dikarenakan dilindungi oleh antibody yang dialirkan secara trasplasental dari ibunnya. Akan tetapi, sekarang penyakit ini sering terjadi pada orang dewasa muda.Sumber infeksi penyakit ini sangat susah untuk diketahui karena 30-40% infeksi ini bersifat subklinis. Dimana ada penurunan inside sejak adanya vaksin parotitis epidemika pada tahun 1968.
Virus  ini dapat diisolasi dari faring sebelum 2-6 hari setelah terjadi pembesaran kelenjar parotis. Pada penderita parotitis epidemika tanpa adanya pembesaran kelenjar parotis, virus sudah dapat diisolasi dari faring. Virus ini dapat ditemukan dalam urin sekitar hari pertama sampai dengan hari ke empat belas setelah terjadi pembesaran kelenjar. Baik infeksi klinis maupun subklinis menyebabkan imunitas seumur hidup.

2.3.Etiologi parotitis epidemika
Virus ini adalah anggota kelompok Paramyxovirus yang juga mencakup parainfluenza, campak dan virus penyakit Newcastle.Parotitis Epidemika disebabkan oleh karena adanya virus yang masuk, yaitu virus Paramyxovirus. Struktur dari virus paramyxovirus yaitu virus ini memiliki pembungkus (enveloped) yang mempunyai ukuran garis tengah antara 100 nm sampai 300 nm dengan RNA negatif, tunggal, linear, dan tidak mempunyai segmen serta  mengandung lipid ditutupidengan paku – paku, dengan virion helikal yang berukuran antara 150 sampai 300 nm. Virus ini mempunyai dua komponen yang sanggup untuk memfiksasi, yaitu : antigen S (soluble) atau yang dapat larut yang berasal dari nukleokapsid, dan antigen V yang berasal dari hemaglutinin. Paramyxovirus dapat hancur pada suhu <4 ÂșC, oleh formalin, eter, serta pemaparan cahaya ultraviolet selama 30 detik. Virusini  masuk dalam tubuh melalui hidung atau mulut.Virus ini bereplikasi pada mukosa saluran napas atas kemudian menyebar ke kalenjar limfa lokal dan diikuti viremia umum setelah 12-25 hari (masa inkubasi) yang berlangsung selama 3-5 hari.Selanjutnya lokasi yang dituju virus adalah kalenjar parotis, ovarium, pancreas, tiroid, ginjal, jantung atau otak.Virus ini masuk ke sistem saraf pusat melalui plexus choroideus lewat infeksi pada sel mononuklear.Masa penyebaran virus ini adalah 2-3 minggu melalui percikan ludah, cairan serebrospinal, darah, urin.Virus ini dapat diisolasi dari saliva kurang lebih 6-7 hari sebelum onset penyakit dan 9 hari sesudah munculnya pembengkakan pada kalenjar ludah. Penularan ini terjadi selama 24 jam sebelum pembengkakan kalenjar ludah.
2.4. Tanda dan gejala
a.       Nyeri pada salah satu atau kedua kelenjar liur disertai bengkak;
b.      Demam ringan, nyeri dada otot leher dan rasa lemas, sakit kepala;
c.       Nafsu makan berkurang, merasa tidak enak badan;
d.      Puncak bengkak pada 1-3 hari dan berakhir pada 3-7 hari;
e.       Sudut mandibula tidak jelas;
f.       Posisi daun telinga meningkat;
g.      Makanan dengan rasa asam menyebabkan rasa nyeri pada kelenjar liur;
h.      Gejala lain yang mungkin ditemukan;
i.        Nyeri testis;
j.        Benjolan di testis;
k.      Pembengkakan scrotum (kantong zakar).
l.        Demam ringan sampai sedang(terjadi 12-24 jam, sebelum atau beberapa kelenjar liur membengkak) tetapi 25-30% penderita tidak menunjukkan gejala.

2.5. Patofisiologi Parotitis
Pada umumnya penyebaran paramyxovirus sebagai agent penyebab parotitis (terinfeksinya kelenjar parotis) antara lain akibat:
  1. Percikan ludah;
  2. Kontak langsung dengan penderita parotitis lain;
  3. Muntahan;
  4. Urine.
Virus tersebut masuk di dalam tubuh bisa melalui hidung atau mulut.Biasanya kelenjar yang terkena adalah kelenjar parotis.Infeksi akut oleh virus mumps pada kelenjar parotis dibuktikan dengan adanya kenaikan titer IgM dan IgG secara bermakna dari serum akut dan serum konvalesens.
 Semakin banyak penumpukan virus di dalam tubuh sehingga terjadi proliferasi di parotis/epitel traktus respiratorius kemudian terjadi viremia (ikurnya virus ke dalam aliran darah) dan selanjutnya virus berdiam di jaringan kelenjar/saraf yang kemudian akan menginfeksi glandula parotid. Keadaan ini disebut parotitis. Akibat terinfeksinya kelenjar parotis maka dalam 1-2 hari akan terjadi demam, anoreksia, sakit kepala dan nyeri otot (Mansjoer, 2000).  Kemudian dalam 3 hari terjadilah pembengkakan kelenjar parotis yang mula-mula unilateral kemudian bilateral, disertai nyeri rahang spontan dan sulit menelan. Pada manusia selama fase akut, virus mumps dapat diisoler dari saliva, darah, air seni dan liquor. Pada pankreas kadang-kadang terdapat degenerasi dan nekrosis jaringan.

2.6. Komplikasi dan prognosis
Akibat adanya virus di dalam darah (viremia)  yang terjadi pada awal infeksi maka penyakit gondong atau mumps ini dapat menyebabkan komplikasi yang melibatkan organ-organ lain. Komplikasi yang dapat terjadi yaitu :
a.       Meningoensefalitis
Komplikasi ini merupakan komplikasi yang sering pada masa anak. Insidens yang sebenarnya sukar diperkirakan karena infeksi subklinis sistem saraf sentral, seperti dibuktikan oleh pleositosis cairan serebrospinal, telah dilaporkan lebih dari 65% penderita dengan parotitis. Manifestasi klinis terjadi pada lebih dari 10% penderita. Insidens meningoensefalitis parotitis sekitar 250/100.000 kasus; 10% dari kasus ini terjadi pada penderita  yang lebih tua dari 20 tahun. Angka mortalitas adalah sekitar 2%. Laki-laki terkena 3-5 kali lebih sering daripada wanita. Parotitis merupakan salah satu dari penyebab meningitis aseptik yang paling sering. Patogenesis meningoensefalitis parotitis telah diuraikan sebagai:
1.      Infeksi primer neuron dan
2.      Ensefalitas pasca infeksi dengan demielinasi.
Pada tipe pertama parotitis sering muncul bersamaan atau menyertai ensefalitis. Pada tipe kedua, ensefalitis menyertai parotitis pada sekitar 10 hari. Parotitis mungkin pada beberapa kasus tidak ada. Stenosis aqueduktus dan hidrosefalus telah dihubungkan dengan infeksi parotitis. Menginjeksikan virus parotitis ke dalam tupai pada umur menyusui telah menghasilkan lesi yang serupa.Meningoensefalitis parotitis secara klinis tidak dapat dibedakan dari meningitis sebab lain. Ada kekakuan leher sedang, tetapi pemeriksaan neurologis lain biasanya normal. Cairan serebrospinal (CSS) biasanya berisi sel kurang dari 500 sel/mm3, walaupun kadang-kadang jumlah sel dapat melebihi 2.000. Selnya hampir selalu limfosit, berbeda dengan meningitis aseptik enterovirus, dimana lekosit polimorfonuklear sering mendominasi pada awal penyakit. Virus parotitis dapat diisolasi dari cairan serebrospinal pada awal penyakit.
b.      Orkitis, Epididimitis
Komplikasi ini jarang terjadi pada anak laki-laki prapubertas tetapi sering (14-35%) pada remaja dan orang dewasa. Testis paling sering terinfeksi dengan atau tanpa epididimitis; epididimitis dapat juga terjadi sendirian. Jarang ada hidrokel. Orkitis biasanya menyertai parotitis dalam 8 hari atau sekitarnya, orkitis dapat juga terjadi tanpa bukti adanya infeksi kelenjar ludah. Pada sekitar 30% penderita kedua testis terkena. Mulainya biasanya mendadak, dengan kenaikan suhu, menggigil, nyeri kepala, mual dan nyeri perut bawah; bila testis kanan terlibat, appendisitis dapat dikesankan sebagai kemungkinan diagnosis. Testis yang terkena menjadi nyeri dan bengkak dan kulit yang berdekatan edema dan merah. Rata-rata lamanya adalah 4 hari. Sekitar 30-40% testis yang terkena atrofi. Gangguan fertilitas diperkirakan sekitar 13%, tetapi infertilitas absolut ungkin jarang.
c.       Ooforitis
Nyeri pelvis dan kesakitan ditemukan pada sekitar 7% pada penderita wanita pasca pubertas. Tidak ada bukti adanya gangguan fertilitas.
d.      Pankreatitis
Keterlibatan berat pankreas jarang, tetapi infeksi ringan atau subklinis mungkin lebih sering daripada yang diketahui. Pankreatitis mungkin tidak terkait dengan manifestasi kelenjar ludah dan diagnosis mungkin dikelirukan dengan gastroenteritis. Nyeri dan sakit epigastrium, yang mana memberi kesan, dapat disertai dengan demam, menggigil, muntah dan tidak berdaya. Kenaikan nilai amilase serum adalah khas pada parotitis, dengan atau tanpa manifestasi klinis pankreatitis.
e.       Nefritis
Viruria telah sering dilaporkan. Pada satu penelitian orang dewasa, kelainan fungsi ginjal terjadi kadang-kadang pada setiap penderita , dan viruria terdeteksi pada 75%. Frekuensi keterlibatan ginjal pada anak belum diketahui. Nefritis yang mematikan, terjadi 10-14 hari sesudah parotitis, telah dilaporkan.
f.       Tiroiditis
Walaupun tidak biasa pada anak, pembengkakan tiroid yang nyeri dan difus dapat terjadi pada sekitar 1 minggu sesudah mulai parotitis dengan perkembangan selanjutnya antibodi antitiroid.
g.      Miokarditis
Manifestasi jantung yang serius sangat jarang, tetapi infeksi ringan miokardium mungkin lebih sering daripada yang diketahui. Rekaman elektrokardiografi menunjukkan perubahan-perubahan, kebanyakan depresi segmen ST, pada 13% orang dewasa pada satu seri. Keterlibatan demikian dapat menjelaskan nyeri prekordium, bradikardia dan kelelahan kadang-kadang ditemukan pada remaja dan orang dewasa dengan parotitis.
h.      Mastitis
Komplikasi ini tidak lazim pada masing-masing jenis kelamin.


i.        Ketulian
Tuli saraf dapat terjadi unilateral, jarang bilateral walaupun insidensnya rendah (1:15.000), parotitis adalah penyebab utama tuli saraf unilateral. Kehilangan pendengaran mungkin sementara atau permanen.
j.        Komplikasi okuler
Komplikasi ini meliputi dakrioadenitis, pembengkakan yang nyeri, biasanya bilateral, dari kelenjar lakrimalis; neuritis optik(papilitis) dengan gejala-gejala bervariasi dari kehilangan penglihatan sampai kekaburan ringan dengan penyembuhan dalam 10-20 hari; uveokeratitis, biasanya unilateral dengan fotofobia, keluar air mata, kehilangan penglihatan cepat dan penyembuhan dalam 20 hari; skleritis, tenonitis, dengan akibat eksoftalmus; dan trombosis vena sentral.
k.      Artritis
Artralgia yang disertai dengan pembengkakan dan kemerahan sendi merupakan kompliksi yang jarang; biasanya penyembuhan sempurna.
l.        Embriopati Parotitis
Tidak ada bukti yang kuat bahwa infeksi ibu menciderai janin; kemungkinan hubungan endokardial fibroelastosis belum ditegakkan. Parotitis pada awal kehamilan menambah peluang abortus.
Prognosis parotitis epidemika adalah baik.Pada umumnya bagus sekali karena jarang ditemukan kematian.



2.7. Pengobatan
Pengobatan ditujukan untuk mengurangi keluhan (simptomatis) dan istirahat selama penderita panas dan kelenjar (parotis) membengkak.Dapat digunakan obat pereda panas dan nyeri (antipiretik dan analgesik), Aspirin tidak boleh diberikan kepada anak-anak karena memiliki resiko terjadinya sindroma Reye(bisa karena pengaruh aspirin pada anak-anak).
Pada penderita yang mengalami pembengkakan testis, sebaiknya penderita menjalani istirahat ditempat tidur.Rasa nyeri dapat dikurangi dengan melakukan kompres es pada area testis yang membengkak tersebut.
Penderita yang mengalami serangan virus apada organ pankreas (pankreatitis), dimana menimbulkan gejala mual dan muntah sebaiknya diberikan cairan melalui infus.Pemberian kortikosteroid selama 2-4 hari dan 20 ml convalescent gammaglobulin diperkirakan dapat mencegah terjadinya orkitis.Terhadap virus itu sendiri tidak dapat dipengaruhi oleh anti mikroba, sehingga pengobatan hanya berorientasi untuk menghilangkan gejala sampai penderita kembali baik dengan sendirinya.
Penyakit gondongan sebenarnya tergolong dalam “self limiting disease” (penyakit yg sembuh sendiri tanpa diobati).Penderita penyakit gondongan sebaiknya menghindarkan makanan atau minuman yang sifatnya asam supaya nyeri tidak bertambah parah, diberikan diet makanan cair dan lunak.Pemberian imunomodulator belum terdapat laporan penelitian yang menjunjukkan efektivitasnya.

2.8. Pencegahan
Pencegahan terhadap parotitis epidemika dapat dilakukan secara imunisasi pasif dan imunisasi aktif.
a.       Pasif
Gamma globulin parotitis tidak efektif dalam mencegah parotitis atau mengurangi komplikasi.
b.      Aktif
Dilakukan dengan memberikan vaksinasi dengan virus parotitis epidemika yang hidup tapi telah dirubah sifatnya (Mumpsvax-merck, sharp and dohme) atau diberikan subkutan pada anak berumur 15 bulan (Ngastiyah, 2007).  Vaksin ini tidak menyebabkan panas atau reaksi lain dan tidak menyebabkan ekskresi virus dan tidak menular.  Menyebabkan imunitas yang lama dan dapat diberikan bersama vaksin campak dan rubella (MMR yakni vaksin Mumps, Morbili, Rubella). Pemberian vaksinasi dengan virus “mumps”, sangat efektif dalam menimbulkan peningkatan bermakna dalam antibodi “mumps” pada individu yang seronegatif sebelum vaksinasi dan telah memberikan proteksi 15 sampai 95 %.  Proteksi yang baik sekurang-kurangnya selama 12 tahun dan tidak mengganggu vaksin terhadap morbili, rubella, dan poliomielitis atau vaksinasi variola yang diberikan serentak.
c.       Kontraindikasi
Bayi dibawah usia 1 tahun karena efek antibodi maternal; individu dengan riwayat hipersensitivitas terhadap komponen vaksin;  demam akut; selama kehamilan; leukimia dan keganasan; limfoma;  sedang diberi obat-obat imunosupresif, alkilasi dan anti metabolit; sedang mendapat radiasi. Belum diketahui apakah vaksin akan mencegah infeksi bila diberikan setelah pemaparan, tetapi tidak ada kontraindikasi bagi penggunaan vaksin “Mumps” dalam situasi ini.





Penyakit parotitis epidemika atau paramyxovirus sebagai agent penyebab parotitis (terinfeksinya kelenjar parotis)

BAB 3. PATHWAYS
Percikan ludah
-Kontak langsung dengan penderita parotitis lain
-Muntahan
-urine

 





virus mumps masuk ke hidung atau mulut hospes
 Virus memperbanyak diri atau  proliferasi di parotis/epitel traktus respiratorius
Virus menginfeksi glandula parotid(parotitis.)
dalam 1-2 hari akan terjadi demam, anoreksia, sakit kepala dan nyeri otot
dalam 3 hari terjadilah pembengkakan kelenjar parotis
Nyeri b/d inveksi virusditandaidengan:
DS: Ibumengatakanbahwapasienmengalamidemam.


kemudian terjadi viremia
virus berdiam di jaringan kelenjar/saraf
Resikotinggiperubahannutrisikurangdarikebutuhantubuh b/dkehilangannafsumakan

Kurang pengetahuan berhubungan dengan
keterbatasan informasi mengenai pengobatan.

 















BAB3. ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
AsuhanKeperawatanPada Parotitis Epidemika
a.    Pengkajian
1)      Biodata
Identitas yang harusdilengkapipadapasienmeliputinama, umur,jeniskelaminanak. Selainituperlujugadiketahuiidentitasdari orang tua yang meliputinama, agama, suku, bahasa, pendidikan, pekerjaan orang tua, penghasilandanalamat. Keluhanutamasesaknafas, pusing, berdebar-debar,mudahlelah.
2)      Keluhanumum
Nyeri di bawahtelinga, bengkak, dansulitmenelanketikamakan dan minum
3)    Riwayatpenyakitsekarang
Pasienmengeluhmengalamidemamdanmerasakannyeripadabelakangtelingadan pipi, timbulbengkakdan kemerahan.

4)      Riwayatpenyakitdahulu
Padapenyakitparotitisepidemika, riwayatpenyakitdahulu yang mendukungdilakukandenganmengkajiapakahsebelumnyaanakpernahmenderitapenyakit yang samaataupenyakit yang berhubungandenganpenyakit yang sekarangdirasakanolehanak. Riwayatminumobat, catatadanyaefeksamping yang terjadidimasalalu.Jugapengkajianadanyariwayatalergiobat, dantanyakanreaksialergiapa yang timbul. Perludicermatisering kali klienmenghiraukansesuatualergidenganefeksampingobat.
5)      RiwayatPenyakitKeluarga
Kemungkinanriwayatkonsumsiobat-obatansertagayahidupkeluarga.

6)      PolaFungsiKesehatan
a.       Polanutrisidanmetabolisme
b.      Polaeliminasi
c.       Pola aktivitas sehari-hari
d.      Adanyapenurunanaktivitasdanaktivitassehari-harinya akibatadanyalemah, letihdanadanyadispneu.
e.       Polaistirahattidur
f.       Istirahattergangguakibatdispneudanseringterbangunpadamalamhari.
g.      Polakognitifdanpersepsisensori
h.      Biasanyapasienterlihatkecemasandangelisah
i.        Polahubungan
j.        Biasanyaklienakanikutsertadalamaktivitassosialataumenarikdiriakibatadanyadispneu, kelemahandankelelahan.
k.      NilaidanKepercayaan

7)      Pengkajian Per Sistem
a)        SistemPencernaan
Nafsumakanberkurang, merasatidakenakbadandanmuntah, nyeripadasalahsatuataukeduakelenjarliurdisertaibengkak
b)        SistemMuskuloskeletal
Kelelahan, kelemahan
c)        SistemPersyarafan
Kajiadanya rasa nyeri, perubahanprilaku, penurunankesadaran.
d)       SistemPerkemihan
Kajiadanyanokturiadanpenurunananberkemih, urine berwarnagelap, penggunaandankeadaankateterisasi.

e)        SistemIntegumen
Posisi daun telinga meningkat,kulit teraba panas, pembengkakan pada leher
8)      Pemeriksaan fisik
a)        Status kesehatan umum
Keadaan umum
Kesadaran
Tanda-Tanda Vital
1.      TD       : -
2.      Nadi    : 108x/menit
3.      Suhu    : 38°C
4.      RR       : 20x/menit
5.      Berat badan: 15kg turundari 19kg
b)        Kepala     
c)        Leher        : terdapat pembengkakan
d)       Ekstremitas: tidak sianosis

9)      Pemeriksaanpenunjang
a.       Pemeriksaan laboratium
Dapat menunjukkan jumlah leukosit  normal atau leukopenia dengan limfositosis relatif
b.      Complement fixing antibody
c.       neutralization rest
d.      isolasi virus
e.       uji intradermal
f.       pengukuran kadar amilase dalam serum



3.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien parotitis epidemika
adalah:
1. Nyeri b/d inveksi virus ditandai dengan:
DS: Ibu mengatakan bahwa pasien mengalami demam, Ibu mengatakan pembengkakan pada daerah bawah telinga dan pipi kiri, serta otot sejak seminggu yang lalu. Ibu mengatakan sulit menelan dan kaku rahang.
DO:-
2. Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d kehilangan nafsu makan ditandai dengan:
DS : Ibu mengatakananaktidak nafsu makan selama 5 hari belakangan, Ibu mengatakan demam pada malam hari dan sulit ketika mau menelan
DO:
Anak terlihat lemas dan pucat, berat badan menurun 4kg.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan informasi mengenai pengobatan.
DS:

3.3Perencanaan

No
DiagnosaKeperawatandan
Data penunjang
TindakanKeperawatan
Rasional
TujuandanKriteria (NOC)
Intervensi (NIC)
1
Nyeri b/d inveksi virusditandaidengan:
DS: Ibumengatakanbahwapasienmengalamidemam.
Ibumengatakanpembengkakanpadadaerahbawahtelingadanpipikiri, sertaototsejakseminggu yang lalu.Ibumengatakansulitmenelandankakurahang.
DO:-
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam diharapkan:
-gejala nyeri seperti demam, pembengkakan pada bagian bawah telinga, pipi kiri dan otot serta sulit menelan dan kaku rahang dapat berkurang bahkan hilang dengan skala( 10-0)
-penyebab inveksi virus dan kerusakan jaringan kulit dapat dihentikan
a. lakukan tindakanuntuk mengurangi rasa nyeri dengan kompres dingin.
b. ajarkan keluarga untuk mengetahui penanganan nyeri



a.untuk mengurangi rasa nyeri pada daerah bawah telinga, pipi kiri dan otot.
b. agar keluarga dapat mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan.








Ny
2.
Resikotinggiperubahannutrisikurangdarikebutuhantubuh b/dkehilangannafsumakan
ditandaioleh:
DS :
-  Ibumengatakananaktidak nafsu makan selama 5 hari belakangan
-     Ibumengatakandemam pada malam hari dan sulit ketika mau menelan


DO:
Anak terlihat lemas dan pucat, beratbadanmenurun 4kg.
Noc:Status nutrisi
Setelah diberikan penjelasan dan perawatan selama 4x24 Jam kebutuhan nutrisi bisa terpenuhi dengan
Kriteria hasil: Noc
 -mampu mempertahankan bedan
-mampu menjelaskan komponen diet bergizi adekut
-mampu mengungkapkan tekad untuk mematuhi diet
-mampu menoleransi diet yang dianjurkan
Nic:Terapi gizi
Aktivitas:
a. monitor masukan makanan atau minuman dan hitung kalori harian secara tepat.
b. kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan diet yang tepat.


c. sajikan makanan hangat dengan variasi yang menarik porsi kecil tapi sering.


a. mengetahui masukan kalori harian secara tepat.



b. penentuan jumlah kalori dan bahan makanan yang memenuhi standart gizi.

c. menambah nafsu makan klien.


















3
Kurang pengetahuan berhubungan dengan
keterbatasan informasi mengenai pengobatan.
DS:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pengetahuan pasien dan keluarga bertambah dengan kriteria hasil :
a.       Mengenal tentang penyakit
b.      Menjelaskan proses penyakit
c.       Menjelaskan penyebab/faktor yang berhubungan
d.      Menjelaskan komplikasi penyakit
e.       Menjelaskan tanda dan gejala penyakit
NIC:
a.       Identifikasi kemempuankeluarga dalam mengimplementasikan keperawatan setelah penjelasan.
b.      Jelaskan peran keluarga dalam perawatan yang berkesinambungan.
c.       Jelaskan program keperawatan medik.



d.      Jelaskan pengaruh kesehatan dan perilaku gaya hidup keluarga dan lingkungan.
e.       Anjurkan pemberian dukungan dari keluargauntukmembuatperilakukondusif.

a. Untukmengetahuikemampuankeluargadalamperawatan.








b. Untukmengetahuiperankeluargadalamperawatan.




c. Untukmemberikaninformasitentangpengobatanselamaperawatanberlangsung.

d. Untukmemberikaninformasikesehatan.

3.4 Implementasi dan Evaluasi
Tgl/
No
DIAGNOSA KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI
EVALUASI
TTD
6/12/2013
Dx 1
Nyeri b/d infeksi virusditandaidengan:
DS: Ibumengatakanbahwapasienmengalamidemam.
Ibumengatakanpembengkakanpadadaerahbawahtelingadanpipikiri, sertaototsejakseminggu yang lalu.
Ibumengatakansulitmenelandankakurahang.
DO:-
a. Telahdilakukan tindakan untuk mengurangi rasa nyeri dengan kompres dingin.
--- b. Telahdiajarkan keluarga untuk mengetahui penanganan nyeri
-


S:“sayatelahmengkompresbagianrahangbawahsaya, ketikamengalaminyeri”

O :terlihatpasiensudahtidakkesakitandanwajahpasientampakgembira

A : Masalahteratasisebagian

P :
1.  Pantauperawatanpasienkembali
2.  Kajikembalirautwajahpasien

6/12/2013
Dx 2
Resikotinggiperubahannutrisikurangdarikebutuhantubuh b/dkehilangannafsumakan
Ditandaioleh:
DS :
-     Ibumengatakananaktidak nafsu makan selama 5 hari belakangan
-     Ibumengatakandemam pada malam hari dan sulit ketika mau menelan
DO:
Anak terlihat lemas dan pucat, beratbadanmenurun 4kg.

c. telahdilakukanpenghitungankalori harian secara tepat.



d. Telahdiberikan jumlah kalori dan bahan makanan yang memenuhi standart gizi.

e. Telahdilakuanmodifikasimakanuntukmenambahnafsumakanklien.


S :Ibumengatakan “ Sekarangsayapahamtentangpenyakitgondongandansayajugainginselaluanaksayasehat. Sayaakanmengontrolpolamakananaksaya”.

O: anaktelahmenghabiskanmakanandenganporsikeciltapisering.

A : Masalahteratasisebagian

P :
1.  Pantaukeluarga, pilihmakananuntukanak
2.  Membuatperencanaanuntukpemberianmakanan selanjutnya

6/12/2013
Dx 3
Kurang pengetahuan berhubungan dengan
keterbatasan informasi mengenai pengobatan.
DS:Ibumengatakanbahwadiatidakmengetahuitentangpenyakitgondong.
Ibumengatakanbahwadiatidakmampumengenalpenyakit.

a. Telahdilakukanperawatandalamkeluarga.

b. telahdilakukanperankeluargadalamperawatan.

c. Telahdiberikanpemberianinformasitentangpengobatanselamaperawatan berlangsung

d. telahdiberikaninformasikesehatan.
S: “ibumengatakanbahwamampumerawatanaknyasendiri, jikapenyakitnyakambuhlagi”
O: responibujika di tanya untukmenjelaskanpenyakitparotitisepidemikasudahtepatdanbenar

A: masalahteratasisepenuhnya
P:intervensi    dihentikan




BAB 5. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Parotitis Epidemikamerupakan penyakit menular dengan gejala yang khas yaitu pembesaran pada bagian kelenjar ludah terutama kelanjar parotis. Pada hal ini parotitis terjadi pada anak.Parotitis Epidemika terjadi karena virus.Virus ini juga tersebar dari reservoir manusia secara kontak langsung misalnya melalui percikan ludah. Tanda dan gejala dari Parotitis Epidemika nyeri pada salah satu atau kedua kelenjar liur disertai bengkak; demam ringan, nyeri dada otot leher dan rasa lemas, sakit kepala; nafsumakan berkurang, merasa tidak enak badan; puncak bengkak pada 1-3 hari dan berakhir pada 3-7 hari; nyeri testis; benjolan pada testis; pembengkakan scrotum (kantong zakar). Terdapat pengobatan dalam penyakit ini dan pengobatan ini ditujukan untuk mengurangi keluhan (simptomatis) dan istirahat selama penderita panas dan kelenjar (parotis) membengkak.Dapat digunakan obat pereda panas dan nyeri (antipiretik dan analgesik).Prognosis parotitis epidemika adalah baik.Pada umumnya bagus karena jarang ditemukan kematian bayi yang disebabkan oleh penyakit ini.

5.2. Saran
Perawat harus lebih memperhatikan faktor-faktor apa saja yang bisa menimbulkan komplikasa penyakit lain,karena Banyak komplikasi yang ditimbulkan oleh peradangan kelenjar saliva ini  sehingga perawat mengerti secara cepat dan penanganan diawali dengan tes laboratorium. Pencegahan penyakit parotitis akan lebih baik di cegah secepat mungkin dengan pemberian Vaksinasi gondongan yang merupakan bagian dari imunisasi rutin pada masa anak-anak.




DAFTAR PUSTAKA
Berman, A., Snyder, S.J., Kozier, B., Erb, G. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Kozier Erb. Jakarta: EGC
Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3.Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran: EGC.
Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: Penerbit buku
Kedokteran EGC.
Kozier B., Erb G. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis, Edisi 5.Jakarta: EGC
Mansjoer, Arief. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 2 Jilid 2. Jakarta: Media
              Aesculapicus Penerbit FK UI.
Mubarak, Wahit Iqbal dan Nurul Chayatin. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori & Apikasi dalam Praktik. Jakarta: EGC
Nelson. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Ngastiah. 2007. Perawatan Pada Anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Smeltzer S. C., Bare G. B. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Volume 1. Jakarta: EGC
Soemarmo.2008.Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis Edisi 2.Jakarta:Penerbit IDAI.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar