ILMU KEPERAWATAN KLINIK IIIB (IKK IIIB)
MONILIASIS
MAKALAH
Oleh :
Tri Astutik NIM
132310101017
Rizka Inna Safitri NIM
132310101047
Sintya Ayu P NIM
132310101049
Yeheskiel Febria N NIM
132310101061
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur
penulis haturkan kepada Allah SWT, atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah ini, dengan judul Diare.
Dalam proses
penelitian dan penulisan tidak terlepas dari bantuan, dukungan dan doa dari
berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih
yang tulus kepada:
1.
Tuhan
Yang Maha Esa
2.
Ns.
Lantin Sulistyorini M.Kes., selaku Dosen Pengajar dan Ns. Wantiyah M.Kep.,
selaku Penanggung Jawab Mata Kuliah Ilmu Keperawatan Klinik IIIB
3.
Informan
yang telah sangat membantu penulis dengan memberikan informasi yang sangat
dibutuhkan
4.
Teman-teman
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember
Penulis menyadari bahwa dalam
melakukan penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran
dan kritik yang membangun sangat diharapkan.Semoga semua bermanfaat bagi kita,
Amin.
Jember,
Maret 2015
Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kandidiasis oral merupakan salah satu penyakit pada rongga mulut
berupa lesi merah dan lesi putih yang disebabkan oleh jamur jenis Candida sp,
dimana Candida albican merupakan jenis jamur yang menjadi penyebab
utama.Kandidiasis oral pertama sekali dikenalkan oleh Hipocrates pada tahun 377
SM, yang melaporkan adanya lesi oral yang kemungkinan disebabkan oleh genus
Kandida. Terdapat 150 jenis jamur dalam famili Deutromycetes, dan
tujuh diantaranya ( C.albicans, C.tropicalis, C. parapsilosi, C. krusei, C.
kefyr, C. glabrata, dan C. guilliermondii ) dapat menjadi patogen, dan C.
albican merupakan jamur terbanyak yang terisolasi dari tubuh manusia
sebagai flora normal dan penyebab infeksi oportunistik. Terdapat sekitar 30-40%
Kandida albikan pada rongga mulut orang dewasa sehat, 45% pada neonatus, 45-65%
pada anak-anak sehat, 50-65% pada pasien yang memakai gigi palsu lepasan,
65-88% pada orang yang mengkonsumsi obat-obatan jangka panjang, 90% pada pasien
leukemia akut yang menjalani kemoterapi, dan 95% pada pasien HIV/AIDS
Seorang peneliti (Veron, 1835) melihat jamur itu pada
moniliasis/candidiasis/sariawan pada bayi yang disebutnya oral thrush,
sehingga ia menamakan jamur itu thrush fungus. Veron (1835)
menghubungkan penyakit pada bayi tersebut dengan infeksi pada saat dilahirkan
dengan sumber infeksi dari alat kandungan ibunya.Berg (1840) berkesimpulan
bahwa alat minum yang tidak bersih dan tangan perawat yang tercemar jamur
merupakan faktor penting dalam penyebarab infeksi ini. Berdasarkan bentuknya
yang bulat lonjong dan berwarna putih diberikanlah namaOidium Albicans.
Nama oidium kemudian berubah menjadi monilia. Beberapa nama peneliti
mencoba mempelajarinya, antara lain Wilkinson yang menghubungkannya dengan
vaginatis. Akhirnya Berkhout (1923) menamakan jamur itu dalam genus candida.
1.2 Tujuan
1.2.1
Untuk mengetahui pengertian
Moniliasis;
1.2.2
Untuk mengetahui epidemiologi
Moniliasis;
1.2.3
Untuk mengetahui penyebab
Moniliasis;
1.2.4
Untuk mengetahui tanda dan
gejala Moniliasis;
1.2.5
Untuk mengetahui
patofisiologi Moniliasis;
1.2.6
Untuk mengetahui komplikasi
dan prognosis Moniliasis;
1.2.7
Untuk mengetahui pengobatan
Moniliasis;
1.2.8
Untuk mengetahui pengobatan
pada pasien Moniliasis;
1.2.9
Untuk mengetahui asuhan
keperawatan pada pasien Moniliasis
1.3 Implikasi Keperawatan
Untuk tenaga kesehatan khususnya perawat , manfaat dari mempelajari
dan memahami konsep dasar keperawatan dengan pasien moniliasis adalah
meningkatkan mutu asuhan keperawatan
1.4
BAB 2. TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Moniliasis adalah suatu infeksi yang
disebabkan oleh jamur Candida, terutama Candida albicans. Kandidiasis adalah
infeksi oportunistik yang sangat umum pada orang terinfeksi HIV. Infeksi ini
disebabkan oleh sejenis jamur yang umum, yang disebut kandida. Jamur ini,
semacam ragi, ditemukan di tubuh kebanyakan orang. Sistem kekebalan tubuh yang
sehat dapat mengendalikan jamur ini. Jamur ini biasa menyebabkan penyakit pada
mulut, tenggorokan dan vagina. Infeksi Oportunistik ini dapat terjadi beberapa
bulan atau tahun sebelum Infeksi Oportunistik lain yang lebih berat (yogie,
2008).
Kandidiasi (moniliasis) adalah suatu infeksi jamur
Candidia, yang sebelumnya disebut monilia. Candida biasanya
menginfeksi kulit dan selaput lendir (contohnya mulut dan vagina). Kadang jamur ini menyusup ke jaringan yang
lebih dalam (misalnya darah) dan menyebabkan kandidiasis sistemik,
yang bisa berakibat fatal. Infeksi ini lebih sering menyerang bayi terutama
pada bagian mulut bayi dan orang dewasa biasanya juga pada daerah mulut dan
vagina, biasanya penderita ini karena tubuhnya mengalami kelemahan (Ngastiyah, 2005, hal
222).
Pada bayi biasanya di dapat dari dot, pakaian bayi,
bantal dan sebagainya. Infeksi yang lebih serius ini paling sering terjadi pada
penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita AIDS atau
penderita kanker yang menjalani kemoterapi). Adapun Candida adalah penghuni
normal saluran pencernaan dan vagina yang biasanya tidak menimbulkan penyakit.
Tetapi ada beberapa faktor resiko yang mendorong terjadinya infeksi yang di
sebabkan oleh Candida:
1.
Kelembapan Kortikosteroid atau terapi imunosupresan
pasca pencangkokan organ.
2.
Kehamilan
3.
Obesitas (kegemukan)
4.
Diabetes.
2.2 Epidemiologi
Penyakit ini lebih sering terjadi terutama pada anak
usia bayi. Pada anak-anak yang lahir dari ibu dengan moniliasica vaginitis. Dan
kemudian diamati pada orang dewasa dengan imunosupresi dan pada pengguna
steroid untuk waktu yang lama. Oral candidiasis merupakan infeksi mulut yang paling sering terjadi.
Penyakit ini biasa menginfeksi pasien yang sangat lemah, bayi, orang tua, dan
pasien yang mengalami penurunan kerja sistem imun dengan prevalensi persebaran
10% - 15% dan 25% - 75% dari populasi keseluruhan adalah carrier atau pembawa.
Kolonisasi candidiasis oral telah dilaporkan berkisar dari 40% sampai 70% dari
anak yang sehat dan dewasa, dengan tingkat lebih tinggi antara anak-anak dengan
gigi keries dan orang dewasa yang lebih tua memakai gigi palsu. Adapun tingkat
yang telah terbukti juga menigkatkan dengan terapi radiasi kanker, diabetes,
dan infeksi HIV. Koloniasis Candidia dapat menyebabkan infeksi oportunistik mukosa
dan disebarluaskan dan multisistem keterlibatan organ dalam immunocompromised
organ. Tingkat infeksi ini telah dilaporkan sebgai 50% selama kemoterapi, 70%
selama terapi radiasi, dan 90% pada infeksi HIV.
2.3 Etiologi
Oral trush dan infeksi Moniliasis lainnya terjadi
ketika sistem kekebalan tubuh lemah oleh karena itu penyakit atau obat-obatan
seperti antibiotik mengganggu keseimbangan alami mikroorganisme di dalam tubuh.
Sistem kekebalan tubuh bekerja sebagai pengusir invasi organism yang berbahaya, seperti virus, jamur, bakteri
dengan mempertahankan keseimbangan antara mikroba didalam tubuh. Hal ini tidak
selalu bekerja maksimal akan tetapi mekanisme perlindungan juga dapat mengalami
kegagalan, sehingga dapat memungkinkan tejadinya infeksi oral trush atau
moniliasis akan terus berlanjut. Beberapa penyakit yang dapat membuat tubuh rentan
terhadap infeksi ini diantaranya adalah:
1. HIV/AIDS
2. Kanker
3. Diabetes milletus
4. Infeksi jamur vagina.
1.4 Tanda dan Gejala
Pada bayi, gejala sariawan berupa suhu badan meninggi
hingga 40 derajat Celcius, mengeluarkan air liur lebih dari biasa, rewel, tidak
mau makan (apabila makan dimuntahkan),
tidak mau minum susu botol dan ASI, serta
anak merasa gelisah. Biasanya disertai dengan bau mulut yang kurang sedap yang
diakibatkan oleh kuman atau jamur.
Sedangkan pada balita, biasanya suhu tidak naik terlalu tinggi dan nafsu
makannya berkurang. Bentuk sariawan akan terlihat seperti vesikel atau bulatan
kecil, berwarna putih atau kekuningan. Mula-mula berdiameter 1-3 mm, kemudian
berkembang membentuk selaput. Jika selaputnya mengikis, maka akan terlihat
seperti lubang/ulkus. Besarnya sariawan tetap, tidak membesar, melebar, atau
menjalar seperti bisul. Biasanya munculnya vesikel bersamaan dengan timbulnya
panas.
Adakalanya vesikel baru muncul 1-2 hari setelah panas.
Kadang malah tanpa disertai panas, jika vesikel yang muncul cuma satu. Yang
membuat panas umumnya sariawan karena jamur candida atau virus herpes. Sebetulnya
sariawan bisa sembuh sendiri seperti sariawan herpetik. Namun sariawan karena
jamur harus diobati dengan obat anti-jamur. Biasanya memakan waktu penyembuhan
sekitar seminggu. Jika sariawan tidak diobati akan bisa berkelanjutan. Memang
tak sampai menyebar ke seluruh tubuh, paling hanya di sekitar mulut.Tetapi,
sangat memungkinkan terjadinya diare, apabila jamurnya tertelan, mengalir lewat
pembuluh darah. Gejala yang mudah dikenali, adalah lidah yang menjadi agak
licin, berwarna kemerah-merahan, timbul luka dibagian bawah dan pinggir atau
pada belahan bagian tengah lidah. Pada pipi bagian dalam tampak bintik-bintik
putih, terkadang terdapat benjolan kecil yang dapat pecah sehingga mulut terasa
perih
Secara keseluruhan gejala oral trush yaitu :
1. Tampak bercak keputihan pada mulut, seperti bekas susu
yang sulit dihilangkan.
2. Bayi kadang- kadang menolak untuk minum atau menyusu
3. Mukosa mulut mengelupas
4. Lesi multiple (luka- luka banyak) pada selaput lendir mulut
sampai bibir memutih menyerupai bekuan susu yang melekat, bila dihilangkan dan kemudian
berdarah.
5. Bila terjadi kronis maka terjadi granu lomatosa (lesi berbenjol
kecil) menyerang sejak bayi sampai anak-anak yang berlangsung lama hingga beberapa
tahun akan menyerang kulit anak.
6. Gejala yang muncul adalah suhu badan meninggi sampai
40 derajat Celcius.
7. Tidak mau makan
atau minum.
8. Bayi banyak mengeluarkan air liur lebih dari biasanya.
Secara psikis, dia akan rewel.
1.5 Patofisiologi
Kandidiasis oral atau Moniliasis/Trush sering
disesbabkan oleh candida albicans, atau kadang oleh candida glabrata dan
candida troicalis. Jamus candida albicans umumnya memang terdapat di dalam
rongga mulut sebagai saprofit sampai terjadi perubahan keseimbangan flora mulut
atau perubahan mekanisme pertahanan local dan sistemik yang menurunkan daya
tahan tubuh. Baru pada keadaan ini jamur akan berproliferasi dan menyerang
jaringan. Hal ini merupakan infeksi jamur rongga mulut yang paling sering
ditemukan. Penyakit yang disebabkan jamur candida albicans ini pertumbuhannya
dipelihara dibawah pengaturan keseimbangan bakteri yang normal. Tidak
terkontrolnya pertumbuhan candida karena penggunaan kortikosteroid dalam jangka
waktu yang lama dan penggunaan obat-obatan yang menekan system imun serta penyakit
yang menyerang system imun seperti Aquired Immunodeficiency Sindrome (AIDS).
Namun bisa juga karena gangguan keseimbangan mikroorganisme dalam mulut yang
biasanya dihubungkan dengan penggunaan antibiotic yang tidak terkontrol dan
menyerang system imun manusia itu sendiri yang menimbulkan penyakit disebut
candidiasis oral atau moniliasis.
1.6 Komplikasi & Prognosis
Apabila moniliasis atau oral trush tidak segera
ditangani atau di obati akan menyebabkan kesukaran minum (menghisap putting
susu atau dot) sehingga akan berakibat bayi kekurangan makanan. Selain itu
komplikasi yang mungkin terjadi diantaranya:
1.
Rekurens atau infeksi
berulang pada kulit
2.
Infeksi pada kuku yang
mungkin berubah menjadi bentuk yang aneh dan mungkin menginfeksi daerah di
sekitar kuku
3.
Candidiasis atau
moniliasis tersebat pada tubuh yang menyebabkan kekebalan tubungnya berkurang
4.
Candidiasis atau
moniliasis yang bermetastase dapat menjalar ke esophagus, usu halus, usus besar
atau dan anus. Infeksi sistemik lainnya berupa abses hati dan otak.
1.7 Pengobatan
Terdiri dari 2 cara :
1.
Medik /pengobatan
Memberikan
obat antijamur, misalnya :a. Miconazol : mengandung miconazole 25 mg per ml,
dalam gel bebas gula. Gel miconazole dapat diberikan ke lesi setelah makan. b.Nystatin
: tiap pastille mengandung 100.000 unit nistatin. Satu pastille harus dihisap
perlahan-lahan 4 kali sehari selama 7-14 hari. Pastille lebih enak daripada
sediaan nistatin lain. Nistatin ini mengandung gula.
2. Keperawatan
Masalah
dari oral thrush pada bayi adalah bayi akan sukar minum dan risiko terjadi
diare. Upaya agar oral thrush tidak terjadi pada bayi adalah mencuci bersih
botol dan dot susu, setelah itu diseduh dengan air mendidih atau direbus hingga
mendidih (jika botol tahan rebus) sebelum dipakai.
Apabila
di bangsal bayi rumah sakit, botol dan dot dapat disterilkan dengan autoclaff
dan hendaknya setiap bayi menggunakan dot satu-satu atau sendiri-sendiri tetapi
apabila tidak memungkinkan atau tidak cukup tersedia hendaknya setelah dipakai
dot dicuci bersih dan disimpan kering, nanti ketika akan dipakai seduh dengan
air mendidih.
Bayi
lebih baik jangan diberikan dot kempong karena selain dapat menyebabkan oral
thrush juga dapat mempengaruhi bentuk rahang.Jika bayi menetek atau menyusu
ibunya, untuk menghindari oral thrush sebelum menyusu sebaiknya puting susu ibu
dibersihkan terlebih dahulu atau ibu hendaknya selalu menjaga kebersihan
dirinya.Adanya sisa susu dalam mulut bayi setelah minum juga dapat menjadi
penyebab terjadinya oral thrush jika kebetulan ada bakteri di dalam mulut.
Untuk
menghindari kejadian tersebut, setiap bayi jika selesai minum susu berikan 1-2
sendok teh air matang untuk membilas sisa susu yang terdapat pada mulut
tersebut.Apabila oral thrush sudah terjadi pada anak dan sudah diberikan obat,
selain menjaga kebersihan mulut berikanlah makanan yang lunak atau cair
sedikit-sedikit tetapi frekuensinya sering dan setiap habis makan berikan air
putih dan usahakan agar sering minum.Oral thrush dapat dicegah dengan selalu
menjaga kebersihan mulut dan sering-seringlah minum apalagi sehabis makan.
Sariawan
dapat sembuh dengan sendirinya, kecuali sariawan akibat jamur yang harus
diobati dengan obat antijamur.Masa penyembuhan relatif lama, yaitu
seminggu.Jika tak segera diobati, dapat berkelanjutan meski hanya menyebar di
sekitar mulut saja.Tapi jamur yang tertelan dan melewati pembuluh darah, juga
bisa menyebabkan diare.
1.8 Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan pada klien dengan
candidiasis oral antara lain :
1. Oral hygiene yang baik;
2. Utamakan ASI daripada susu formula
karena ASI mengandung banyak immunoglobulin yang berguna bagi kekebalan tubuh
bayi. Selain itu, payudara ibu juga jauh lebih terjamin kebersihannya daripada
botol dot bayi ;
3. Bila menggunakan susu formula
sebagai tambahan ASI, pastikan kebersihan botol dan dotnya, jangan lupa untuk
mencucinya dengan air panas;
4. Beri bayi minum 2-5 sendok air
hangat untuk membilas mulut bayi setelah minum susu;
5. Pastikan bayi beristirahat yang
cukup;
6. Berikan bayi makanan yang mengandung
nutrisi yang lengkap;
BAB 3. PATHWAY
BAB 4. ASUHAN KEPERAWATAN
4.1 Pengkajian
1. Identitas
Klien:
1. Nama
Nama klien dibutuhkan sebagai identitas klien.
2. Jenis Kelamin
Tidak ada
perbedaan yang dominan antara banyaknya penderita moniliasis anak laki-laki dan
perempuan.
3. Umur
Moniliasis/trush
adalah penyakit yang sering terjadi pada anak, terutama pada masa bayi. Seiring
dengan bertambahnya usia maka angka kejadian semakin jarang.
4. Alamat
Alamat klien
dapat mengindikasikan lingkungan klien yang dapat berpengaruh terhadap sehat
sakit klien.Keadaan lingkungan yang mempengaruhi
timbulnya moniliasis/trush pada anak yaitu pola kebersihan yang cenderung
kurang.Selain itu, orang tua jarang mencuci tangan saat merawat atau menetekkan
bayinya, serta kebersihan botol atau putting ketika menyusui bayi juga kurang
diperhatikan.
5. Sumber informasi
Sumber informasi ini dapat
diperoleh dari orang tua klien.
6. Tanggal MRS
Tanggal masuk rumah sakit sangat
penting sebagai data pada identitas klien
7. Nomor Registrasi
Nomor registrasi sebagai data
pada identitas klien sehingga perawat lebih mudah mengidentifikasi dan
melakukan asuhan keperawatan pada klien
2.
Keluhan Utama
Anak
dengan moniliasis/trush, pada mulutnya tampak bercak
keputihan, terutama pada lidah dan pipi bagian dalam yang sulit dibersihkan dan
anak menolak untuk minum.
a. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Penyakit sekarang
Anak dengan moniliasis/trush mengalami sariawan berupa
suhu badan meninggi hingga 40 derajat Celcius, mengeluarkan air liur lebih dari
biasa, rewel, menolak untuk makan atau minum, dan gelisah.Biasanya disertai
dengan bau mulut yang kurang sedap, akibat kuman atau jamur.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Adanya suatu infeksi pada saat bayi
sehingga diberikan pengobatan antibiotik yang lama.Riwayat Imunisasi: imunisasi
yang biasa diberikan yaitu BCG, DPT, Hepatitis, dan Polio.
3. Riwayat Perinatal
1) Antenatal:
Pada
anak dengan moniliasis/trush, biasanya ibu sang anak pernah menderita penyakit,
seperti HIV/AIDS, kanker, diabetes mellitus, dan inveksi jamur vagina.
2) Intra
natal:
Pada
anak dengan moniliasis/trush biasanya saat proses kelahiran bayi terinveksi
jamur dari vagina ibu.
3) Post
natal:
Pada anak dengan moniliasis/trus biasanya orang tua jarang
mencuci tangan saat merawat atau menetekkan bayinya.Selain itu, kebersihan
botol atau putting ketika menyusui bayi juga kurang diperhatikan.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Anak dengan moniliasis/trush biasanya
dalam keluarganya, khususnya pada ibu pernah menderita penyakit HIV/AIDS,
kanker, diabetes mellitus, dan infeksi jamur vagina.Akibat dari penyakit yang
di derita ibu ini, maka tubuh anak dapat menjadi lebih rentan terhadap infeksi
moniliasis. Moniliasis/trush bukan merupakan penyakit keturunan
5.
Riwayat Pemberian Imunisasi
Imunisasi yang biasa diberikan untuk
penyakit moniliasis yaitu BCG, DPT, Hepatitis, dan Polio.
6. Riwayat Tingkat Perkembangan
Pemeriksaan
tingkat perkembangan terdiri dari adaptasi sosial, motorik kasar, motorik
halus, dan bahasa.Tingkat perkembangan pada pasien moniliasis/trush dapat
dikaji melalui tingkah laku pasien maupun informasi dari keluarga. Selain itu,
pada anak dengan moniliasis/trush, kebutuhan akan asupan nutrisinya kurang
sehingga akan berpengaruh terhadap proses tumbuh kembangnya.
c. Pola
Fungsi Kesehatan
1.
Pola persepsi dan tata
laksana kesehatan: pola hidup sehat anak yang menderita moniliasis/trush harus ditingkatkan
dalam menjaga kebersihan diri, perawatan, dan tatalaksana hidup sehat. Ibu juga harus melakukan perawatan puting
susu dan membersihkannya sebelum memberikan ASI.
2.
Pola nutrisi dan
metabolisme: anak dengan moniliasis/trush tidak mau minum ASI sehingga mampu
menyebabkan gangguan pola nutrisi dan metabolisme.
3.
Pola eliminasi: pola
BAB dan BAK pada anak dengan moniliasis/trush
akan mengalami gangguan. Bila bakteri Candida tertelan oleh anak akan
menyebabkan diare.
4.
Pola aktivitas/bermain:
anak biasanya tidak mengalami keterbatasan aktivitas, tetapi anak akan sering rewel.
5.
Pola istirahat dan
tidur: anak akan sering menangis
karena merasa nyeri pada daerah sekitar oral sehingga pola istirahat dan
tidurnya juga akan terganggu.
6.
Pola kognitif dan
persepsi sensori: pola ini mengenai pengetahuan orang tua terhadap penyakit yang diderita klien
7.
Pola konsep diri:
bagaimana persepsi orang tua dan/atau anak terhadap pengobatan dan perawatan yang akan
dilakukan.
8.
Pola hubungan-peran:
biasanya peran orang tua sangat
dibutuhkan dalam merawat dan mengobati anak dengan moniliasis/trush.
9.
Pola
seksual-seksualitas: apakah selama sakit terdapat gangguan atau tidak yang
berhubungan dengan reproduksi sosial. Pada anak yang menderita moniliasis/trush
biasanya tidak ada gangguan dalam reproduksi.
10.
Pola mekanisme koping:
keluarga perlu memeberikan dukungan dan semangat sembuh bagi anak.
11.
Pola nilai dan
kepercayaan: orang tua selalu
optimis dan berdoa agar penyakit pada
anaknya dapat sembuh dengan cepat.
d.
Pemeriksaan
Fisik
1)
Keadaan umum : lemah.
TTV :
1.
Tekanan Darah : dalam batas normal
2.
Suhu : suhu tubuh tinggi, lebih dari
37o C (normal 36o C- 37o C)
3.
Nadi : takikardi
4.
RR : dalam batas normal (normal
20-50 x/mnt)
2)
Kepala dan leher
Inspeksi
:
Wajah : simetris, dahi mengkerut
Rambut :distribusi
merata
Mata:pupil
miosis, konjungtiva anemis
Hidung : tidak terdapat pernafasan cuping hidung
Telinga : bersih
Bibir dan mulut : mukosa bibir agak kering, terdapat lesi
pada rongga mulut
Lidah:
terdapat bercak – bercak putih pada lidah
Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar
thyroid dan limfe pada leher
3)
Dada
Inspeksi :simetris,
tidak terdapat tarikan otot bantu pernafasan
Palpasi :denyutan
jantung teraba cepat, badan terasa panas,tidak ada nyeri tekan
Perkusi
:
1.
Jantung : dullness
2.
Paru : sonor
Auskultasi : tidak terdengar suara ronchi
dan wheezing
4)
Abdomen
Inspeksi
: flat/datar
Palpasi
: tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi
: pekak
Auskultasi :
ada bising usus
5)
Kulit
Turgor kurang, pucat, kebiruan.
6)
Ekstremitas
Tidak terdapat udem pada pada extremitas
e.
Pemeriksaan
Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dapat
dilakukan pada anak dengan moniliasis/trush adalah sebagai berikut:
1)
Laboratorium: ditemukan adanya jamur
candida albicans pada swab mukosa.
2)
Pemeriksaan endoskopi hanya diindikasikan jika tidak terdapat
perbaikan dengan pemberian flukonazol.
3)
Dilakukan pengolesan lesi dengan
toluidin biru 1% topikal dengan swab atau kumur.
4)
Diagnosa pasti dengan biopsi
4.2 Diagnosa
2. Nyeri
akut berhubungan dengan proses infeksi yang menghasilkan bentukan warna merah
dan mengandung eksudat, gejala semakin berat
3. Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nyeri pada mulut,
penurunan nafsu makan
4. Gangguan
integritas kulit (mukosa oral) berhubungan dengan infeksi pada mukosa oral
5. Perubahan
persepsi sensori pengecapan berhubungan dengan proses infeksi
6. Disfungsi
motilitas gastrointestinal berhubungan dengan malnutrisi
7. Risiko
konstipasi berhubungan dengan perubahan pola makan
8. Defisit
perawatan diri: makan berhubungan dengan kelemahan
9. Ketidak
efektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan ketidakmampuan membuat
penilaian yang tepat
10. Ansietas
berhubungan dengan gejala semakin berat
11. Kurang
pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
1.3 Perencanaan
No
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan/ kriteria
hasil
|
Perencanaan/
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Hipertermi
berhubungan dengan proses infeksi
|
Setelah
dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam, suhu tubuh pasien
akan kembali normal, dengan kriteria hasil pasien tidak menangis.
|
1. Berikan
kompres hangat di sekitar lipatan misalnya, ketiak dan lipatan paha.
2. Beri
pasien banyak minum air putih atau susu lebih dari 1000 cc/hari.
3. Ciptakan
suasana yang nyaman (atur ventilasi)
4. Anjurkan
keluarga untuk tidak memakaikan selimut dan pakaian yang tebal pada anak
5. Observasi
tanda vital
6. Kolaborasikan
dalam pemberian obat antimikroba, antipiretik, dan pemberian cairan
parenteral
|
1. Di
ketiak dan lipatan paha terdapat banyak pembuluh darah besar. Mengurangi
panas dengan memindahkan panas secara konduksi. Air hangat dapat mengontrol
pemindahan panas secara perlahan tanpa menyebabkan hipotermi atau menggigil.
2. Peningkatan
suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi
dengan asupan cairan yang cukup.
3. Suhu
ruangan harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal.
4. Pakaian
tipis membantu mengurangi penguapan tubuh.
5. Tanda
vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan anak setelah dilakukan
tindakan keperawatan.
6. Digunakan
untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus.
|
2
|
Nyeri akut
berhubungan dengan proses infeksi yang menghasilkan bentukan warna merah dan
mengandung eksudat, gejala semakin berat
|
Setelah dilakukan
tindakan asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam, nyeri yang dirasakan pasien
akan berkurang, dengan kriteria hasil pasien tidak menangis dan tampak
rileks.
|
1.
Anjurkan ibu untuk menggendong dan menenangkan si
anak misalnya mengelus-elus kepalanya
2.
Ajarkan teknik distraksi pada
orang tua misalnya dengan memberikan anak mainan
3. Evaluasi status nyeri, catat lokasi,
karakteristik, frekuensi, waktu dan beratnya
4.
Kolaborasikan dalam pemberian
analgesik sesuai indikasi
|
1.
Anak akan merasa nyaman dalam
dekapan ibunya
2.
Mengalihkan perhatian anak
terhadap nyeri
3.
Memastikan kondisi anak setelah
dilakukan tindakan keperawatan.
4.
Menghilangkan/mengurangi nyeri
|
3
|
Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nyeri pada mulut, penurunan
nafsu makan
|
Setelah dilakukan
tindakan asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam, nafsu makan anak menjadi
normal, dengan kriteria hasil anak tidak menangis dan nutrisi terpenuhi
(berat badan bertambah).
|
1. Beri
nutrisi dalam keadaan lunak, porsi sedikit tapi sering
2. Hindari
makanan dan obat-obatan atau zat yang dapat menimbulkan reaksi alergi pada
rongga mulut
3. Anjurkan
pada ibu untuk terus berusaha memberikan ASI untuk anak
4. Kolaborasi
pemasangan NGT jika anak tidak dapat makan dan minum peroral
|
1
Memberikan nutrisi yang
adekuat
2
Mencegah kerusakan integritas
pada mukosa mulut
3
ASI merupakan nutrisi untuk
anak dan dapat meningkatkan sistem imun anak
4
Membantu klien untuk memenuhi
nutrisi enteral
|
4
|
Gangguan integritas
kulit (nukosa oral) berhubungan dengan infeksi pada mukosa oral
|
Setelah
dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam, integritas kulit
(mukosa oral) pasien normal dengan kriteria hasil pasien menunjukkan
integritas rongga oral.
|
1.
Anjurkan keluarga untuk menjaga
kebersihan bayi
2.
Bersihkan mulut bayi dengan jari
yang telah dibungkus dengan kain bersih/kassa yang telah dibasahi dengan
larutan garam
3.
Anjurkan ibu untuk mencuci tangan
sebelum dan sesudah melakukan perawatan pada bayi
4.
Anjurkan ibu untuk selalu menjaga
kebersihan puting susu
5.
Gunakan krim anti fungal pada
puting susu
|
1.
Kebersihan bayi perlu dijaga
untuk meghindari bayi dari terjadinya infeksi
2.
Larutan garam dapat menjadi
antiseptik untuk membersihkan mulut dari bakteri dan jamur.
3.
Ibu perlu menjaga kebersihan
terutama mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui bayi untuk menghindari
adanya transmisi bakteri atau jamur pada bayi.
4.
Puting susu ibu perlu
dibersihkan agar pada saat bayi menyusu dapat terhindar dari bakteri dan jamur.
5.
Krim antifungal berguna untuk
mencegah penyebaran infeksi antara ibu dan anak.
|
5
|
Perubahan persepsi
sensori pengecapan berhubungan dengan proses infeksi
|
Setelah
dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam, perubahan persepsi
sensori pengecapan pasien teratasi dengan kriteria hasil pasien mampu
|
1.
Kaji pola makan anak
2.
Berikan makanan yang mudah
di telan (lunak)
3.
Berikan makanan dalam porsi
yang sedikit tapi sering
4.
Berikan makanan dalam
tampilan yang semenarik mungkin
5.
Kolaborasikan dengan tenaga
kesehatan lain dalam pemberian obat
|
1. Mengetahui
keteraturan pola makan anak ketika sakit dan sebelum sakit
2. Memudahkan
anak untuk menelan
3. Mencukupi
kebutuhan asupan nutrisi anak
4. Meningkatkan
kemauan anak untuk makan
5. Mengatasi
dan mengurangi penumpukan bercak putih di lidah
|
6
|
Disfungsi motilitas
gastrointestinal berhubungan dengan malnutrisi
|
Setelah
dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam,
|
6.
|
6.
|
7
|
Risiko konstipasi
berhubungan dengan perubahan pola makan
|
Setelah
dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam,
|
7.
|
7.
|
8
|
Defisit perawatan
diri: makan berhubungan dengan kelemahan
|
Setelah
dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam,
|
8.
|
8.
|
9
|
Ketidakefektifan
pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan ketidakmampuan membuat penilaian
yang tepat
|
Setelah
dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam,
|
9.
|
9.
|
10
|
Ansietas berhubungan
dengan gejala semakin berat
|
Setelah
dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam, kecemasan pasien
teratasi, denga kriteria hasil pasien mampu mengidentifikasi dan
mengungkapkan gejala cemas, serta menunjukkan teknik untuk mengontrol cemas.
|
10.
|
10.
|
11
|
Kurang
pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
|
Setelah
dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam, pasien menunjukkan
pengetahuan tentang penyakit dengan kriteria hasil pasien dan keluarga
menyatakan pemahaman tentang penyakit dan mampu melaksanakan prosedur yang
dijelaskan secara jelas.
|
11.
|
11.
|
1.4 Pelaksanaan
No
|
Diagnosa Keperawatan
|
Pelaksanaan
|
1
|
Hipertermi
berhubungan dengan proses infeksi
|
1. Telah
diberikan kompres hangat di sekitar lipatan misalnya, ketiak dan lipatan
paha.
2. Telah
diberikan minum air putih atau susu lebih dari 1000 cc/hari.
3. Telah
diciptakan suasana yang nyaman (atur ventilasi)
4. Telah
menganjurkan keluarga untuk tidak memakaikan selimut dan pakaian yang tebal
pada anak
5. Tela
dilakukan observasi tanda vital
6. Telah
dilakukan kolaborasikan dalam pemberian obat antimikroba, antipiretik, dan
pemberian cairan parenteral
|
2
|
Nyeri akut
berhubungan dengan proses infeksi yang menghasilkan bentukan warna merah dan
mengandung eksudat, gejala semakin berat
|
1.
Telah menganjurkan
ibu untuk menggendong
dan menenangkan anak misalnya mengelus-elus kepalanya
2.
Telah mengajarkan teknik distraksi
pada orang tua misalnya dengan memberikan anak mainan
3.
Telah dilakukan evaluasi status
nyeri, catat lokasi, karakteristik, frekuensi, waktu dan beratnya
4.
Telah dilakukan kolaborasikan
dalam pemberian analgesik sesuai indikasi
|
3
|
Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nyeri pada mulut, penurunan
nafsu makan
|
1.
Telah diberikan nutrisi dalam
keadaan lunak, porsi sedikit tapi sering
2.
Telah dianjurkan untuk menghindari
makanan dan obat-obatan atau zat yang dapat menimbulkan reaksi alergi pada
rongga mulut
3.
Telah dianjurkan pada ibu untuk
terus berusaha memberikan ASI untuk anak
4.
Telah dilakukan kolaborasi
pemasangan NGT jika anak tidak dapat makan dan minum peroral
|
4
|
Gangguan integritas
kulit (nukosa oral) berhubungan dengan infeksi pada mukosa oral
|
1.
Telah menganjurkan keluarga untuk
menjaga kebersihan bayi
2.
Telah dibersihkan mulut bayi
dengan jari yang telah dibungkus dengan kain bersih/kassa yang telah dibasahi
dengan larutan garam
3.
Telah mengnjurkan ibu untuk
mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan pada bayi
4.
Telah menganjurkan ibu untuk
selalu menjaga kebersihan puting susu
5.
Telah diberikan krim anti fungal
pada puting susu
|
4.1 Evaluasi
No
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Evaluasi
|
1
|
Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
|
S:orang tua pasien mengatakan “anak saya sudah
tidak panas lagi sus.”
O: Suhu : 36,5o C
A: Tujuan tercapai
P: hentikan tindakan keperawatan
|
2
|
Nyeri
akut berhubungan dengan proses infeksi yang menghasilkan bentukan warna merah
dan mengandung eksudat, gejala semakin berat
|
S: orang tua pasien mengatakan “sus, anak saya
sudah tidak menangis lagi saat menyusu.”
O: bercak kemerahan di dalam mulut berkurang
A: tujuan telah tercapai
P: hentikan tindakan keperawatan
|
3
|
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan nyeri pada mulut, penurunan nafsu makan
|
S:orang tua pasien mengatakan “anak saya sudah mau
meminum ASI saya lagi sus .”
O: berat badan meningkat
A: tujuan telah tercapai
P: hentikan tindakan keperawatan. |
4
|
Gangguan integritas kulit (nukosa oral)
berhubungan dengan infeksi pada mukosa oral
|
S:orang tua pasien mengatakan “sus, anak saya
sudah tidak sering menangis lagi.”
O: bayi terlihat lebih tenang
A: tujuan telah tercapai
P: hentikan tindakan keperawatan. |
1.4
BAB 5. PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengertian di atas kelompok dapat menyimpulkan bahwa kandidiasi (moniliasis) adalah suatu infeksi
jamur Candidia, yang sebelumnya disebut monilia.Candida biasanya
menginfeksi kulit dan selaput lendir (contohnya mulut dan vagina).Kadang jamur
ini menyusup ke jaringan yang lebih dalam (misalnya darah) dan menyebabkan kandidiasis
sistemik, yang bisa berakibat fatal.Infeksi ini lebih sering menyerang
bayi terutama pada bagian mulut bayi dan orang dewasa biasanya juga pada daerah
mulut dan vagina, biasanya penderita ini karena tubuhnya mengalami kelemahan.
1.2 Saran
Saran dari beberapa kesimpulan diatas dengan melaksanakan asuhan keperawatan
pada anak dengan moniliasis, maka perlu adanya saran untuk memperbaiki dan
meningkatkan mutu asuhan keperawatan, adapun saran sebagai berikut :
1.
Untuk
mahasiswa keperawatan diharapkan untuk lebih memahami tentang asuhan
keperawatan anak dengan moniliasis sehingga dalam melakukan asuhan keperawatan
lebih komprehensif.
2.
Untuk
perawata diharapkan untuk meningkatkan konsep keperawatan anak dengan cara
diskusi, seminar dan pembacaan buku-buku yang berkaitan dengan masalah-masalah
keperawatan anak sehingga dalam melakukan proses keperawatan di rumah sakit
lebih komprehensif.
3.
Untuk
keluarga diharapkan dapat menjaga pola hidup sehat salah satunya dengan
melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah makan.
DAFTAR PUSTAKA
Sudarti.2010.Kelainan
dan Penyakit pada Bayi dan Anak.Yoyakarta : Nuha Medika.
Bherman, R.E.,
Kliegma,R., Arvin, A.M. ( 2001). Ilmu Kesehatan Anak Nelson.
Jakarta : EGC
Budiarto, S.
(2002). Biostatisika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.Jakarta
: EGC
Hurlock, Elizabeth.
(2008). Psikologi Perkembangan.Jakarta : Erlangga
Jitowiyono, S &
Kriostiyanasari, W. ( 2010). Asuhan Keperawatan Neonatus dan Anak.Yogyakarta
: Mulia Medika
Kurniasih D. (
2008). Makanan panas Picu Sariawan. http://www.mail-archieve.com
Mubarak, W.I., Chayatin,
N., Rozhikin, K., & Supradi.(2007). Promosi Kesehatan.Yogyakarta
: Graha Ilmu
Ngastiyah.(2005). Perawatan
Anak Sakit.Jakarta : Rineka Cipta
Notoadmojo,S.
(2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka
Cipta
Notoadmojo,S.
(2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta
Notoadmojo,S.
(2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni.Jakarta : Rineka
Medika
Riduawan.(2010). Dasar
– Dasar Statistik. Bandung: Alfabeta
Rukiyah, A.Y., &
Yulianti, S. ( 2010). Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita.
Jakarta : CV. Trans Info Media
Sutawijaya, R.B.
(2010). Mencegah, Mendeteksi, dan Mengatasi Berbagai Penyakit Anak.
Yogyakarta : Luna Publisher
Suyanto &
Ummi.(2009). Riset Kebidanan Metodologi dan Aplikasi.Yogyakarta :
Mitra Media Press
Tim Pengajar FK UI.
(2000). Ilmu Kesehatan Anak Buku Ajar I. Jakarta : TIM
Internet
https://www.academia.edu/8512132/askep_moniliasis (2Maret 2015 pukul 21:24)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar